I love them.

I love them.
Experience is how life catches up with us and teaches us to love and forgive each other

Kamis, 10 Juni 2010

When U Get Urself Do Something Stupid

Well. Gue sebenernya bingung mau mulai darimana, udah 3x gue nulis dan udah 3x gue menghapusnya lagi. Sekarang gue lagi ketiban sial, air dirumah gue mati sedangkan hari ini adalah hari terakhir gue sama anak PSKD Mandiri. Gue BBM ke Stephan, kalau air rumah gue mati. Dia malah nyuruh gue cepet-cepet dateng&tanpa mandi. Astaga, itu sama aja nyuruh gue untuk ke sekolah nggak pake baju. Gak mau.

Akhirnya gue sekarang sedang tiduran dikasur dengan Blackberry di tangan dan menulis blogs ini.

Dan sekarang gue bingung lagi. Hem, okey soal bingung. Pernah nggak sih lo merasa sangat bingung dengan diri lo sendiri? Gue pernah. Gue bingung sama sifat gue yang selalu berusaha mengerti dan lembek banget.

Ada film yang menyentuh hati sedikit gue bisa nangis sampe berjam-berjam dan membayangkan gue menghadapi hal itu dan menjadi dramaqueen dengan bantal guling gue yang penuh dengan air mata gue. Gue jadi merasa sangat autis.

Kalau ada orang yang memarahi gue sedikit, gue merasa gue telah melakukan kesalahan yang paling besar yang pernah manusia lakukan. Terus akhirnya gue nangis dan menjadi orang yang sangat berbeda.

Sebenernya, gue nggak mau. Tapi gue juga nggak bisa nahan air mata gue, tiba-tiba gitu aja tumpah setumpah-tumpahnya. Pertama setetes. Habis itu setetes lagi. Lama-lama gue bakal sangat sangat merasa sedih.

Kemarin malem gue juga habis nangis karena merasa sendiri dalam kekecewaan dan semua janji-janji yang telah orang bilang sama gue.

Kemarin malem juga gue dan gulf sedikit ada perbincangan tentang perempuan vs laki-laki. Gue sangat bersyukur Allah ngasih Gulf ke gue, untuk membuka cara pikir gue (guys, gue nulis kayak gini aja, hidung gue udah kembang-kempis mau nangis)

Gue terkadang merasa sangat bocah buat dia. Okay, dia 3 tahun lebih tua dibanding gue tapi cara berpikir kayak 300 tahun lebih tua dibanding gue.

Gue bukan orang yang berpikir pendek juga sebenernya. Tapi gue berpikir dan habis itu perasaan gue yang mengalahkan pemikiran gue.

Contohnya: kalau seseorang ngomongin gue yang aneh-aneh, gue bakal nanya langsung sama dia, bukan malah nyindir-nyindir di Twitter atau dimana pun. Sikap dewasa kan? Nah, setelah itu gue berpikir sifatnya dan mencoba mengerti kenapa dia kayak gitu, mungkin ada salah di gue nya.

Sedangkan cara berpikir Gulf adalah, apapun sifatnya dia, dia harus bisa besikap.

Contohnya: kalau seorang pegawai kerja seenaknya. Dikeluarin atau nggak?

Dikeluarin.

Nah, berarti lihat sikapnya kan bukan sifatnya. Ya kita harus bertindak seperti itu.

Gue nggak ngerti apa yang ada didalam pikiran sel-sel otak gue dan dia. Apakah dia yang terlalu dewasa buat gue? Atau gue kah yang terlalu anak-anak buat dia? Nggak jarang kok gue nangis karena merasa sangat tertekan dengan cara berpikir dia. Tapi gue nggak pernah ngomong sama dia kalau gue nangis. Gue nangis bukan karena kesel. Tapi merasa, gue tuh kenapa sih! Apa yang sebenernya gue pikirkan! Bego!

Dan gue mengutuk diri gue sendiri.

Tapi, pas gue tanya sama dia kenapa dia mau sama gue yang masih anak-anak gini. Dia bilang sama gue bahwa itu adalah misteri. Dia merasa nyaman sama gue. Bahkan katanya merasa kenyamanan yang amat sangat.

Jadi sekarang yang gue pikirkan adalah:

Apakah perbedaan sifat gue yang membuat dia merasa jadi nyaman sama gue? Dan kalau gue berubah seperti cara pola pikir dia apakah dia akan merasa tetap nyaman sama gue? Semuanya berada didalam pikiran gue.

Dan cuman waktu yang bisa menjawab.

Tidak ada komentar:

You're the